BELITUNG TIMUR - Sekian lama Penambangan Timah ada di Belitung Timur (Beltim) memang masalah perizinan, kerusakan lingkungan dan dampak sosial menjadi konsen semua pihak, artinya Pemerintah, APH, LSM, Korporasi tidak memungkiri inilah hal yang harus diselesaikan, hal ini dikatakan Ade Kelana ketua LSM FAKTA dalam pers rilisnya yang deterima awak media. Selasa, (27/9/ 2022)
Untuk saat ini kekayaan Timah kata Ade Kelana, di Beltim sendiri masih terdapat dialur sungai dan muara dari peninggalan penambangan yang dilakukan PT Timah waktu lalu dan dilaut sekitar perairan laut Manggar, Burung mandi dan Gantung yang kesemuanya masuk kedalam IUP OP aktif PTTimah dengan luasan sekitar 32.000 ha yang masih berlaku hingga tahun 2025.Kekayaan Timah di laut Beltim setidaknya pada saat ini adalah yang terkaya kandungannya seBabel, Konon infonya mencapai ratusan ribu ton. Oleh karena itu Ade Kelana, Ketua LSM Fakta Belitung Timur, berpendapat sangatlah merugiapabila kekayaan alam ini tidak mau dimanfaatkan untuk kesejahteraan Masyarakat Beltim dansumber Pendapatan Daerah, dengan pengaturan dan pengelolaan yang menguntungkan semuapihak tentunya.
" Harus di kelola lah kekayaan ini, ini anugrah untuk kita di Beltim dari Allah subhanahuwata'ala, asal dikelola dengan baik dan benar aku yakin banyak pihak yang diuntungkan. Kepada pemerintah Provinsi Babel dan Pemkab Beltim hendaknya berupaya untuk mendorong PT Timah sesegera mungkin untuk mengambil manfaat dari IUP OP laut aktif ini, dan membantu mempermudah pengurusan perizinan dan ikut serta mensosialisasikannya kewilayah yang terdampak, karena jelas banyak yang akan diuntungkan dengan kegiatan ini ", Sambung Ade.
Ade Kelana pun tidak memungkiri jika akan ada juga gerakan untuk melakukan penolakan atas kegiatan ini, baik saat sosialisasi maupun pada saat operasionalnya nanti, namun Ade Kelana yakin ituakan berangsur surut apabila realisasinya betul² dirasakan semua pihak. " Ya pastilah akan ada pro kontra untuk kegiatan ini, tidak akan mungkin seratus persen setuju pasti adalah sedikit yang kontra, dengan berbagai dalih dan alasan, hal itu wajar saja, " lanjutAde.
Kalau bicara tambang laut menurut Ade Kelana tentunya tidak lepas dari peralatan untuk mengambil mineral timahnya yaitu Kapal Isap Produksi (KIP) yang kepemilikannya banyak dimiliki oleh Swastayang nantinya harus bermitra dengan PT Timah.
" Untuk peralatan tentu KIP lebih efisien dan lebih ramah lingkungan dalam beroperasi, untukitu aku juga berharap PT Timah segera bersosialisasi ke Mitra²nya, sekiranya ingin beroperasi di Beltim supaya ikut serta bersosialisasi ke masyarakat terdampak agar dapat mempercepatpengoperasian KIP mereka " sambung Ade.
Dari rilis yang dishare ke awak media Ade Kelana juga menyebutkan setidaknya pendapat ini bisa dianggap berani, namun terlihat realistis dalammemanfaatkan kekayaan sumber daya alam Beltim ini.
" Sesuai dengan semboyan kabupaten Beltim 'Bangkit dan Berdaya'. Dengan sumber daya alam yang ada. (*/HMF).